BREAKING NEWS

Senin, 21 September 2015

Alam Surga Dunia, Fasilitas Seperti Neraka

*Anugerah Tuhan Bernama Jerowaru


jalan rusak
RUSAK: Kondisi salah satu ruas jalan menuju pantai-pantai selatan yang rusak parah, Sabtu lalu.
Jerowaru, Lombok Timur (Lotim) adalah kawasan dengan ragam potensi yang luar biasa. Mulai dari daratan yang indah, pesisir yang memukau hingga laut yang kaya. Sayang arah pembangunan belum mau berpihak ke selatan. Hasilnya, meski terbilang kaya kawasan ini belum bisa berkembang seperti pesisir Lombok di barat dan utara.

***

JEROWARU merupakan daerah di ujung selatan Lombok Timur (Lotim). Kendati hanya berstatus kecamatan, daerah ini sebenarnya cukup luas, bahkan melebihi Mataram, Ibu Kota NTB. Dalam peta Lombok, Jerowaru berada di ujung semenanjung yang menjorok ke Selat Alas.

Dikenal sebagai daerah terpanas dan terkering di Lombok, persoalan air menjadi masalah  utama di lokasi ini. Dalam musim-musim kemarau seperti saat ini warga harus melakukan berbagai cara untuk tetap mendapatkan air. Termasuk  membeli dari mobil-mobil pengangkut air. Tentu saja, ada harga yang harus dibayar dan jumlahnya tidak sedikitTapi warga tak ada pilihan lain.

Saya keluar uang sampai Rp 900 ribu sebulan,” kata Ahmadi, seorang warga di Desa Seriwe.
Harga itu dikeluarkan untuk empat truk air yang digunakan selama satu bulan. Tak adanya opsi lain membuat warga tak memiliki banyak pilihan. Warga bukan hanya berpangku tangan.

Mereka telah berupaya menemukan sumber air. Namun tanah yang digali tak kunjung berbaik hati.  Air tak kunjung ditemukan. Kalaupun ada, air yang ada rasanya payau atau bahkan asin. Walhasil, jadilah warga setempat yang sebagian besar petani dan nelayan harus pandai memutar otak. Air itu umunya hanya digunakan untuk mandi dan minum saja. Untuk penuduk yang lebih miskin, terkadang air hanya digunakan untuk minum saja.

“Harus ekstra hemat pakai airnya,” kata Supran, warga lainnya.

Upaya pemerintah bukannya tak ada, beberapa tahun silam pernah dilakukan pengadaan sarana penyulingan air laut. Namun belum genap setahun, kerusakan mulai terjadi. Kini bantuan tersebut praktis tak beroperasi.  

Kita biarkan saja seperti ini, supaya pemerintah tahu kalau datang,” kata Nurman, Kades Ekas Buana.
Hal serupa juga terjadi di titik-titik lainnya tempat bantuan mesin penyulingan itu diberikan. Tak ada perbaikan hingga kini, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Lotim, M Tasywiruddin membenarkan hal itu. Tak ada operator yang mampu memperbaiki keusakan yang terjadi. Padahal dana yang tak sedikit sudah dikucurkan untuk itu.

Itu bantuan pusat, tapi sekaran pada rusak,” jawabnya.

Tidak adanya sumber air itu juga berpengaruh pada sektor pertanian. Sejumlah lahan yang ada hanya menjadi sawah tadah hujan. Beberapa mencoba membendung air hujan yang ada di penampungan buatan. Warga menyebutnya dengan nama embung, atau bendungan kecil. Dari sana air dialirkan. Namun saat musim kemarau panjang seperti saat ini, banyak embung mengering.

Jadilah lahan yang ada tak tandus tak terurus. Itulah mengapa banyak lahan dibiarkan begitu saja. Padahal denga luas yang ada, jika dimaksimalkan kawasan ini saja bisa menjadi pemenuh kebutuhan pangan warga Lotim.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lotim H Nafsi pernah mengatakan kalau pihaknya sedang mengkaji upaya pencarian air. Nantinya di titik-titik potensial, dilakukan pengeboran dan dialirkan untuk warga dan sawah. Namun itu baru sekadar wacana.

Bahkan Dam Pandanduri yang disebut-sebut menjadi solusi atas persoalan itu, hingga kini belum bisa diandalkan. Proses pengisian air tahap awal yang belum rampung membuat bendungan terbesar seluruh Lombok itu belum banyak berarti bagi warga selatan, termasuk Jerowaru.

Kaya Potensi Pariwisata

Pantai Menawan
MENAWAN: Beberapa wisatawan menikmati keindahan Pantai Kura-kura di Jerowaru yang belum dikenal luas, Sabtu lalu.
Dilihat dari sumber daya alamnya Jerowaru sebenarnya daerah yang sangat luar biasa. Alamnya kaya dan indah. Namun sulitnya air membuat warga tak bisa mengolahnya dengan sempurna. Sementara di lautan, anugerah tuhan untuk kawasan ini luar biasa. Laut selatan adalah rumah bagi ragam ikan dan sejenisnya. Ini belum termasuk potensi minyak dan gas di dasar lautnya. Karena itu wajar jika hasil laut kini masih menjadi penggerak utama perekonomian masyarakat.

Bahkan ketika pembatasan ekspor hasil laut seperti lobster dibatasi, warga tak patah arang. Mereka kini banyak yang menjadi nelayan budidaya. Banyak yang bisa perbaiki hidup dari budidaya,” kata L Ahmad Zulkifli, Camat Jerowau.

Ada yang membudidayakan rumput laut, ikan bahkan budidaya lobster yang menjadi komoditas utama dunia. Dengan segala keterbatasan, para nelayan mencoba bertahan hidup meski perhatian pemerintah terbilang minim.

Kerja-kerja sendiri, susah-susah sendiri,” kata Kades Seriwe Abdul Hamis yang juga seorang nelayan.

Potensi lain yang dimiliki Jerowaru adalah pariwisata. Alam yang indah adalah pesona yang belum tergarap secara maksimal.

Pesisir Jerowaru adalah biru laut yang dipagari barisan pantai-pantai pasir putih nan menawan. Pantai Pink mungkin menjadi yang paling terkenal. Namun jangan salah, selain pantai berwarna merah muda itu, masih banyak lagi kawasan lain yang tak kalah menawan.
 Sungguh sebuah karunia tuhan yang sangat luar biasa.

Namun sekali lagi, kebijakan belum banyak berpihak ke selatan. Arah pengembangan wisata Lombok yang masih berpusat di barat dan utara membuat Jerowaru belum banyak dikenal dunia. Namun perlahan tapi pasti para pemodal mulai melirik. Meski belum banyak realisasi.

Kalau tanah pinggir pantai sudah pada habis, cuman tak tahu kapan mau dibangun,” kata Nurman, Kades Ekas Buana.

Sarana atau fasilitas menurutnya menjadi kendala utama. Jalan yang rusak, lampu jalan yang minim, pasokan listrik yang tak memadai, keamanan, hingga akses transportasi publik yang tak ada sama sekali menjadi barisan persoalan. Tentu saja masalah air yang menghantui setiap tahunnya. Tak heran banyak yang menyebut Jerowaru merupakan potongan surga di dunia namun dengan fasilitas seperti “neraka”.


Miris rasanya, dengan beragam kelebihan yang dimiliki, daerah ini belum bisa bangkit dari kemiskinan. Setengah penduduknya masih hidup dibawah garis kemiskinan. Pada beberapa desa, angkanya bahkan melebihi 60 persen. ”Itu saya akui,” kata Nurman sang kades. (Wahyu Prihadi/r3)

Posting Komentar

 
Copyright © 2014 Info NTB Share on Blogger Template Free Download .